Oleh : Sung Sii Soo
Kilauan
air di tepi danau seperti menari nari untukku ,hembusan angin membuat tubuhku
segar . terasa menyebar begitu cepat
bersatu dengan semangatku.
“Nara!”
suatu suara yang tak asing lagi di
kuping ku tiba – tiba memanggil.
“iya
ada apa?” aku menjawab dengan perasaan senang
“ayo
kita pulang , ibumu sudah menunggu!” teriak boy sambil menarik tangan ku dan
segera membawaku pulang , dengan menggunakan sepeda miliknya.
Rumahku
memang sangat kecil cuma terdiri dari 4 kamar diantaranya; kamar
tidurku,ibu,ruang tamu, dan kamar mandi
memang kecil tapi aku menghabiskan waktu ku di sana sampai umurku
sekarang yaitu 14 tahun, di depan rumah ku ada pohon dan ayunan aku sering
memainkannya bersama boy, boy adalah sahabatku sejak kecil aku sudah bermain dengannya, rumah boy tidak terlalu jauh dari rumah ku,
keluargaku memang dekat dengan keluarga boy.
sesampainya
di rumah aroma yang lezat sudah menusuk
hidungku, aku segera pergi menghampiri dapur melihat ibuku sedang memasak
sesuatu, aku melihat ibu sedang memasak sup kesukaanku.
“haaaaaahhh... sup kesukaan ku !” sambil memeluk ibu yang sedang memotong wortel untuk di
campurkan ke dalam sup buatanya.
“sudah... sudah... sana pergi ke meja makan, supnya sebentar lagi selesai!” bisik ibu
ketelingaku, akupun segera pergi ke meja makan dengan tergesa – gesa
tidak terduga aku tersadung kotak mainan ku sendiri .
“aaagggrrrhhh... sakit sekali!” keluhku sambil memegangi kaki ku
“bikin
selera makanku hilang saja !” gerutuku cemberut.
Selesai
makan aku melihat ibuku sedang memegangi kepalanya aku pun bertanya padanya. “bu
kau kenapa?” tanyaku penuh rasa penasaran, sambil memegangi tangan ibu, aku
menelphon boy untuk mengatarku ke rumah sakit terdekat.
“boy,boy,boy.. tolong aku boy..!” ujarku yang sangat gelisah melihat ibuku pingsan di depan
ku.
“ada
apa ra? tolong apa?” jawab boy bingung.
“ibuku
pingsan sambil memegangi kepalanya, aku takut terjadi apa-apa dengannya, boyy
bisakah kau membatuku?” tanyaku sambil meneteskan air mata.
“tentu! apa yang harus ku lakukan nar?” jawab boy
yakin!
“bisakah kau mengantar ibuku ke rumah sakit?” tanya nara
“tentu!” jawab boy dia pun segera memberi tahu ayahnya
untuk menjemput ibu nara dirumah.
Aku dan keluarga boy sudah sampai rumah sakit ibuku
langsung di bawa ke ruang UGD (unit gawat darurat). aku sangat panik menuggu
pemberitahuan dari sang dokter, berkali-kali aku mengucapkan “ya Allah selamatkan ibuku!”.
“kriiettt”suara pintu
terbuka aku langsung menoleh bersama keluarga boy. tapi entah menggapa aku
melihat wajah sang dokter kelihatan sedih dan pucat .
“ada apa dok?!” tanya ku sambil menatap wajah sang dokter, aku menatapnya dengan wajah kesedihan aku tidak tahu mengapa dan kenapa
dokter bersikap seperti itu .
“siapa di sini keluarga dari sang pasien?” tanya dokter
sambil mengelengkan kepalanya.
“aku dok!” jawabku lantang
“ayo ke ruangan kerjaku !” jawab dokter sambil berjalan
menuju ruangannya.
sesampainya di ruangan dokter aku menayakan keadaan ibuku terus menerus.
“ya Allah ada apa ini aku sangat takut kehilangan ibuku
sudah cukup aku kehilangan ayah!”
keluhku dalam hati. dokter tiba-tiba
menggatakan
“saya sungguh turut sedih , ibumu menderita penyakit
kangker otak setadium akhir!” jawab dokter sedih.
Ya Allah! badanku
lagsung lemas, aku tidak mampu berkata-kata hanya mampu menahan air mata,
tidak ku sangka air mataku sudah membanjiri wajahku. aku segera ke ruang
pasien tempat ibuku di rawat .
“ada apa? “tanya boy kebingungan karena melihat mataku
penuh dengan air, wajahku pucat dengan penampilan yang berantakan.
“ibu,ibu,ibu,ibu!”air mataku semakin deras menyebut
namanya.
“ada apa dengan tante nar?” boy sudah merasakan
kesediihan
“ibu terkena penyakit
kangker otak setadium akhir
boy !” jawabku
dengan tangisan, boy langsung terdiam seakan tak percaya apa yang di
dengarnya barusan.
dengarnya barusan.
Seminggu kemudian ibu di bolehkan pulang ke
rumah”kkrriieett” pintu rumahku dibuka oleh ibu boy yang sudah meenggantarku
pulang, aku menuntun ibuku kesofa.
Keesokan harinya aku sedang bercengkrama dengan ibu
tiba-tiba ibu menggatakan hal yang tidak kuduga. “nara bila nanti ibu sudah tidak ada lagi kamu maukan
tinggal bersama tante mu?” tanya ibu sambil menahan sakitnya. “ibu menggapa berbicara seperti itu?” aku menjawabnya
sedih
“ibu takut nanti kalau ibu sudah tiada kamu tiadak ada
yang menggurus lagi”
“tidak buu! aku tidaak mau kehilangan ibu, aku tidak mau... aku ingin bersama ibu selamanya!” rengekku hingga air mataku terjatuh
“tapi nak, kamu tidak akan bersama ibu selamanya, ibumu ini sudah renta dan tidak kuat menahan rasa sakit ini mungkin tinggal
beberapa hari lagi ibu akan tiada!” jawab ibu sambil mengusap air mataku...
“aku tidak mau kehilangan ibu, aku sudah cukup
kehilangan ayah, aku tidak mau lagi kehilangan orang yang ku sayang!” mohon
nara pada ibunya.
“tapi ibu tidak bisa melakukan apa-apa ini sudah suratan
takdir!” jawab ibu sedih.
“tapi bu aku tidak mau kehilangan ibu...” jawab nara
sambil menangis tersedu-sedu.
Tidak tahu kenapa ibu nara tiba-tiba menutup mata dan
terjatuh ke lantai tangisnya semakin kencang ketika ia tau ibunya meninggal...
Keesokan harinya ibunya di semayamkan di komplek
pemakaman yang jauh dari rumah nara. Saat ibunya di semayamkan kedalam liang lahat nara berteriak “ibu,ibu,ibu aku tidak mau kehilangan ibu,ibu,ibu!”
berkali-kali ia menyebut nama itu.
Saat
ibu di azankan nara sangat sedih
wajahnya yang biasanya ceria di hiasi pelangi berubah menjadi pucat,matanya
penuh air mata, bajunya basah oleh keringat dan air mata tak kuasa menahan air
mata, ketika
semua orang pergi nara melihat gudukan tanah yang masih berwarna merah di
hiasi bunga mawar dan batu nisan, di sana orang tercintanya di tidurkan (ibu), ia semakin kencang menagisnya
“ibu,ibu aku kesepian tidak ada ibu, aku ingin kau di sampingku ibu!” air matanya membasa pipinya.
“ibu,ibu aku kesepian tidak ada ibu, aku ingin kau di sampingku ibu!” air matanya membasa pipinya.
Ia
pun terbangun tetapi ia baru tersadar kalau ia sudah ada di rumah ternyata yang
membawaku pulang adalah boy, boy berkata kalau aku tadi pingsan di pemakaman
ibu, beruntung boy kembali lagi aku menangis
kembali mengingat kepergian ibu, ibu boy pun mencoba menghiburku dengan
nyanyiannya.
“lalalalaaaalalala” suara ibu boy sanggat mirip dengan suara
ibuku, tutur katanya lembut dengan nada-nada indah terucap dari mulutnya.
Akhirnya
aku bisa menerima kepergian ibu, aku terdiam di depan rumah kecil ku melihat
rumah kecil berwarna biru, pemandangan di taman sangat indah aku pun tertuju
pada ayunanku yang lama sekali tidak kupakai, ketika aku menaikinya aku
teringat masa kecilku bersama ayah dan ibu aku menaiki ayunan ini ayah yang
mendorongku dari belakang, ibu yang mempersiapkan makanan untukku dan ayah di
bawah pohon ini, aku melihat ayah dan ibu , semua terlihat bahagia dan tidak
ada beban di wajah mereka, senyuman yang sangat lepas dan bahagia.
“ohh
Tuhan aku ingin berada di hari itu bersama keluargaku tapi semua itu hanya
kenangan masa kecil".
Awan
seputih kapas melayang-layang di langit, matahari bersinar hingga membakar
kulit ku, hari ini aku akan
berangkat sekolah tanpa ada sarapan dari ibu. Dalam hatiku aku berkata "Aku bisa"!, aku mulai melangkahkan kakiku ke depan rumah dan aku melihat ke langit
dan berteriak
"Ayah Ibu lihat aku sekarang sudah SMA, kalian banggakan mempuyai Putri sepertiku, Aku bisa memakai dasi sendiri tanpa bantuan orang lain loh!, Aku hebat kan!".
"Ayah Ibu lihat aku sekarang sudah SMA, kalian banggakan mempuyai Putri sepertiku, Aku bisa memakai dasi sendiri tanpa bantuan orang lain loh!, Aku hebat kan!".
Teriaku dengan nada bergetar karena menahan tangis aku
berjalan menuju sekolah dengan mata meneteskan air mata.
Semangat dan terus berjuang karena besok matahari masih
terbit, keluarga adalah orang yang mencitaimu tanpa syarat!
Sekarang nara sudah lulus sma dan dia telah mendapat
beasiswa kuliah di universitas Harvard, rumahnya kini tidak di tinggali,
setiap sabtu ibu boy selalu berkunjung ke rumah nara .
Boy sekarang sudah kuliah di UI dia juga mendapat
beasiswa dari sekolahnya sebelumnya ia menolak beasiswa keluar negeri karena
tidak mau jauh dari keluarga dan nara.
tapi nara justru pergi.
Pesan ku untuk ibu dan
ayah di surga "Dadah Ayah Ibu, Aku Sayang Kalian!!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar